Saturday, October 8, 2011

Sunnah Rasulullah SAW' Memelihara Janggut


Bismillahirrahmanirrahim



Salah satu sunnah yg sering kali diabaikan oleh umat Islam adalah memelihara janggut. Banyak orang menganggap bahawa hukum memelihara janggut hanyalah sebatas sunat saja, tidak wajib, sehingga janggut pun dicukur habis. Padahal, janggut adalah sunnah seluruh nabi dan rasulullah s.a.w sangat menekankan para sahabatnya agar memelihara janggut. Selain itu, janggut adalah identity seorang Muslim yg membezakannya dari orang musyrik. Dibawah adalah beberapa hadith yg saya telah kutip dari buku karangan Maulana Muhammad Zakariyya al Kandalawi rah.

Hadith 1
Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Sepuluh perkara adalah fitrah, dan mencukur kumis serta memanjangkan janggut itu disebutkan.”Hr. Muslim.

            Disebutkan dalam kitab Badzlul Majhud bahwa yg dimaksudkan dgn fitrah adalah cara yg dilakukan para nabi. Sepuluh hal ini, salah satunya adalah memotong kumis dan memelihara janggut dan kita diperintahkan untuk mengikutnya. Allah berfirman di dalam Al-Quran: “Mereka adalah orang-orang yg telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka”. (Qs. Al-Anam ayat 90)

Hadith 2
Di dalam kitab Hukmul Lihya Fil Islam yg dikutip dari Ibnu Hibban, terdapat hadith yg diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yg menyebutkan: “Rasulullah saw. Bersabda bahawa di antara fitrah Islam adalah mencukur kumis dan memanjangkan janggut kerana sesungguhnya orang2 Majusi memanjangkan kumis mereka dan mencukur janggutnya. Maka berbezalah kalian dari mereka dgn cara mencukur kumismu dan memanjangkan janggutmu."

Hadith 3
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda , “Panjangkanlah janggut-janggut kalian dan cukurlah kumis kalian, dan dengan ini janganlah kalian menyerupai orang-orang yahudi dan nasrani."

Hadith 4
Ibnu Asakir dan lain2nya mengatakan bahawa Hassan r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Terdapat sepuluh kebinasaan yg dilakukan oleh umat Nabi Luth a.s. yang menyebabkan mereka dibinasakan. Di antara kebiasaan2 itu disebutkan juga mengenai mencukur janggut dan memanjangkan kumis.”

Hadith 5
Dari Zaid bin Arqam r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “ Barangsiapa tidak memotong kumisnya maka dia bukanlah dari golongan kami.” (Hr. Ahmad, Tirmizi, Nasai.)

Kadar Panjangnya.
Syariat memerintahkan bahwa panjang janggut adalah sepanjang genggaman tangan kita apabila kita menggenggamnya di bawah dagu. Menurut kesepakatan para ulama, kita tidak dibenarkan mempunyai janggut yg lebih pendek dari itu. Tetapi mereka berbeza pendapat apakah janggut yg melebihi genggaman tangan itu harus dipotong atau tidak. Oleh kerana para sahabat r.a. menyaksikan perkataan dan amalan Rasulullah saw. secara langsung, Maulana Hussain Ahmad Madani rah.a. didalam kitabnya, Falsafah Janggut, berpegang kkepada amalan2 para sahabat sebagai tolok ukur. Salah satu contohnya adalah amalan Abdullah bin Umar r.a. yg dijadikan pegangan. Imam Bukhari rah.a. menegaskan, “Apabila bila Ibnu Umar r.a. melakukan haji dan umrah, dia selalu memegang janggutnya dengan tangannya yg tergenggam, kemudian memotong janggut yg melebihinya.
Selain Ibnu Umar r.a., Umar r.a. dan Abu Hurairah r.a. pun melakukan hal yg serupa. Didalam ulasan Bukhari, Hafizh Ibnu Hajar rah. Meriwayatkan dari Thabari satu kumpulan pendapat bahawa apa saja yg panjangnya melebihi genggaman tangan hendaklah dipotong. Kemudian Thabari meriwayatkan bahwa inilah amalan Ibnu Umar r.a. dan Abu Hurairah r.a.. diriwayatkan juga bahwa Umar r.a. melakukan hal ini juga kepada orang lain. Hal ini telah diterangkan oleh ulama-ulama hanafi dan syafi’e dalam kitab2 mereka.

Hadith 6
Dalam kitab Abu Dawud diberitakan: Dari Jabir r.a. berkata, :kami pernah membiarkan janggut-janggut kami memanjang dan melebar kecuali ketika musim haji atau umrah.”

            Dalam hal ini kita dapat memahamiya dari amalan Ibnu Umar r.a. dan hadith2 dari Ibnu Umar r.a. di atas yg telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dari sini nampak jelas bahwa pada umumnya para sahabat memanjangkan janggut mereka sepanjang tahun dan memotong kelebihannya ketika musim haji dan umrah. Juga sudah jelas bahwa panjang janggut Rasulullah saw. adalah sepanjang telapak tangan atau lebih. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw. melakukan khilat(menyikat dengan menggunakan tangan) terhadap janggut dan menggunakan sikat untuk meluruskan janggutnya yg lebat sehingga janggut tersebut menutupi dada bahagian atas.

            Dengan alas an inilah Amar bin Yasir, Abdullah bin Umar, Abu Hurairah dan Jabir r.a. menyebutkan bahwa mereka biasa memelihara janggut sepanjang telapak tangannya dan lebih, serta mereka mengajarkannya kepada orang lain untuk berbuat demikian. Dengan itu, merupakan hal yg wajar apabila amalan ini merupakan kebiasaan yg dilakukan oleh sebahagian besar para sahabat. Jabir r.a. menguatkan hal ini dgn berkata,”Kami pernah mempunyai janggut yg panjang dan ketika musim haji dan umrah kami memotongnya (seperti biasa).”

Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat r.a. dan umatnya agar memanjangkan janggut mereka dan menjadikannya symbol orang Islam agar dapat dikenali. Ini akan menjadi suatu symbol yg seragam bagi orang yg beriman. Maka dgn sebab itu tidaklah dibenarkan mencukur atau memendekkan dan juga tidak memelihara janggut yg sedikit (seperti kambing).
Kesepakatan para fuqaha bahwa memotong janggut kurang dari segenggam tangan tidak dibenarkan. Kesepakatan itu cukup untuk memperkuatkan kewajiban dan keharusannya. Imam Muhammad rah.a. menulis dalam kitab Atsar, bahwa beliau meriwayatkan dari Imam Abu Hanifah yg meriwayatkannya dari Abu Haitsam rah.a yg meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahawa Ibnu Umar r.a. pernah memegang janggut dgn tangannya dan memotong bahagian yg terlalu panjang. Imam Muhammad rah.a mengatakan bahwa yg inilah yg kami ikuti dan inilah keputusan Imam Abu Hanifah rah.a.

            Keputusan keempat Iman dan sebahagian ulama telah diberikan dgn panjang lebar dan diperkuat oleh hujjah-hujjah di dalam Awjazul Masalik. Di dalam kitab ini terdapat keputusan yg sangat kuat dan paling diterima dari Imam Syafi’e supaya membiarkan janggut yg panjangnya melebihi telapak tangan.

            Ini juga merupakan cara Imam Hanafi. Sedangkan keputusan dari Imam Maliki ialah apabila janggut panjang melebihi kepalan tangan maka hendaklah dipotong. Hal ini tidak bererti bahwa janggut boleh dipotong sehingga lebih pendek dari kepalan tangan, tidak juga bererti bahwa janggut boleh dipanjangkan melebihi telapak tangan. Hanafi mengatakan jika panjang janggut melebihi telapak tangan, maka hendaklah janggut itu dipotong sehingga panjangnya menjadi setelapak tangan.

Hadith 7
Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda “Guntinglah kumismu dan tumbuhkanlah janggutmu, kerana dengan demikian kamu menentang kaum majusi (penyembah api)”. Hr Muslim.

Hadith 8
Dari Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tentanglah orang2 musyrik dgn memanjangkan janggutmu dan menggunting kumismu”.(muttafaq alaih-Misykat)

Allah berfirman,”Katakanlah (hai Muhammad), ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, nescaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. “dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”Qs.Ali Imran, ayat 31.

Rasulullah s.a.w. bersabda, “Barangsiapa menghidupkan sunnahku, maka ia mencintaiku dan barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga”.Al-Hadith.

سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك

Kaum2 Dalam Qur'an


Bismillahirrahmanirrahim

“ATLANTIS di PADANG PASIR”
Adapun kaum ‘Ad maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaun Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong(lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal diantara mereka. (QS. Al-Haaqqah: 6-8)
Kaum lain yang dihancurkan dan disebutkan dalam berbagai surat dalam Al Qur’an adalah kaum ‘Ad yang disebutkan setelah kaum Nuh. Nabi Hud yang diutus untuk kaum ‘Ad memerintahkan kepada kaumnya , sebagaimana yang telah dikerjakan oleh para nabi, untuk beriman kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dan mematuhinya (Hud) sebagai Nabi pada waktu itu. Orang-orang menanggapinya dengan rasa permusuhan terhadap Hud. Mereka menuduhnya sebagai orang yang kurangajar, penuh dengan kebohongan dan berusaha untuh mengubah sistem yang telah berlangsung sejak para pendahulu mereka.
Dalam Surat Hud semua hal yang terjadi antara Hud dengan kaumnya diceritakan secara detail:
Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka Hud. Ia berkata; "Hai kaumku,sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?. Dan (dia berkata);”Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunakan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” Kaum ‘Ad berkata;”Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perbuatanmu, dan kami tidak akan sekali-kali mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Hud menjawab ;’seungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawwakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku diatas jalan yang lurus.” Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhamku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) ari azab yang berat. Dan itulah (kisah) kaum ‘Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menantang(kebenaran). Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum ‘Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum ‘Ad (yaitu) kaum Hud itu. (QS Hud 50-60).
Surat lain yang menyebutkan tentang kaum ‘Ad adalah surat Asy- Syu’araa’. Dalam surat ini ditekankan sifat-sifat dari kaum ‘Ad. Menurut surat ini kaum ‘Ad adalah “orang-orang yang membangun tanda-tanda/monumen disetiap tempat yang tinggi” pan para anggota sukunya “membangun gedung-gedung yang indah dengan harapan mereka akan hidup didalamnya (selamanya)”. Disamping itu, mereka mengerjakan kerusakan/kejahatan dan berkelakuan brutal. Ketika Hud memperingatkan kaumnya, mereka mengomentari kata-katanya sebagai “kebiasaan kuno”. Mereka sangat yakin bahwa tidak ada hal yang akan terjadi terhadap mereka;
(Demikian juga) kaum Aad telah mendustakan Rasul-rasul (yang diutus kepada mereka). Ketika saudara mereka Nabi Hud, berkata kepada mereka: Hendaknya kamu mematuhi perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Sesungguhnya aku ini seorang Rasul yang amanah, (yang diutus oleh Allah) kepada kamu. Oleh itu, takutilah kamu akan (kemurkaan) Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku tidak meminta kepada kamu sebarang upah mengenai apa yang aku sampaikan (dari Tuhanku); balasanku hanyalah terserah kepada Allah Tuhan sekalian alam. Patutkah kamu mendirikan pada tiap-tiap tempat yang tinggi bangunan-bangunan yang tersergam, padahal kamu tidak membuatnya dengan sesuatu tujuan yang baik. Dan kamu pula bersusah payah mendirikan istana-istana dan benteng-benteng yang kukuh dengan harapan hendak kekal hidup selama-lamanya? Dan apabila kamu memukul atau menyeksa, kamu melakukan yang demikian dengan kejam bengis? Oleh itu, takutilah kamu akan (kemurkaan) Allah dan taatlah kepadaku. Dan berbaktilah kamu kepada Allah yang telah menolong kamu dengan pemberian nikmat-nikmatNya yang kamu sedia mengetahuinya. Diberinya kamu binatang-binatang ternak (yang biak) serta anak-pinak (yang ramai), Dan taman-taman (yang indah permai) serta mata air-mata air (yang mengalir). Sesungguhnya aku takut, (bahawa) kamu akan ditimpa azab seksa hari yang besar (huru-haranya). Mereka menjawab: Sama sahaja bagi kami, samada engkau beri nasihat pengajaran, atau engkau tidak menjadi dari orang-orang yang memberi nasihat pengajaran. Segala apa (yang engkau katakan) ini, hanyalah adat kebiasaan orang-orang dahulu-kala, Dan kami pula tidak akan diseksa. Akhirnya mereka mendustakan Rasul itu, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada peristiwa yang demikian, terdapat satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) dan dalam pada itu, kebanyakan mereka tidak juga mahu beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu (wahai Muhammad), Dialah sahaja Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengasihani. (QS Asy Syu’araa’ 123-140).
Kaumnya yang menunjukan permusuhan kepada Hud dan memberontak/melawan Allah Subhanahu wa Ta'ala, nyata-nyata dibinasakan. Badai pasir yang mengerikan membinasakan kaum ‘Ad sebagaimana mereka “tidak pernah mengira”.
Temuan Arkeologis Kota Iram
Pada permulaan tahun 1990 muncul keterangan pers dari beberapa Koran terkemuka di sunia yang mengemukakan;”Kota di Arabia Yang banyak diceritakan dalam sejarah Ditemukan”, “Kota Legenda di Arab Ditemukan”, “Ubar, Atlantis di padang pasir”. Apa yang membuat temuan arkeologis ini membangkitkan minat adalah kenyataan bahwa kota ini yang juga disebut dalam Al Qur’an, sejak dahulu hingga saat ini banyak orang yang beranggapan bahwa kaum ‘Ad sebagaimana diceritakan dalam Al Qur’an hanyalah sebuah legenda atau lokasi dimana ‘Ad berada tidak akan pernah ditemukan, mereka tidak dapat menyembunyikan keheranannya atas penemuan ini. Penemuan kota ini yang hanya disebutkan dalam dongeng lisan Suku Badui, membangkitkan minat dan rasa keingintahuan yang besar.
Nicholas Clapp, seorang arkeolog amatir yang menemukan kota legendaries yang disebutkan dalam Al Qur’an . Sebagai seorang Arabophile dan pencipta sebuah film dokumenter yang terpilih, Clapp telah menjumpai suku yang sangat menarik selama penelitiannya tentang sejarah Arabia. Buku ini berjudul “Arabia Felix” yang ditulis oleh seorang penulis Ingris bernama Bertram Thomas pada tahun 1932. Arabia Felix adalah sebuah roman yang menunjukkan tempat-tempat bagian selatan semenanjung Arabia dimana saat ini termasuk daerah Yaman dan sebagai besar Oman. Bangsa Yunani menyebut daerah ini “Eudaimon Arabia”. Sarjana Arab abad pertengahan menyebutnya sebagai “Al-Yaman as-Saida”. Semua penamaan tersebut berarti “Arabia yang Beruntung”, karena orang-orang yang hidup didaerah tersebut dimasa lalu dikenal sebagai orang-orang yang paling beruntung pada jamannya. Apakah yang menjadi alasan bagi sebuah penunjukan seperti itu?.
Keberuntungan mereka adalah berkaitan dengan letak mereka yang strategis -bertindak selaku perantara dalam perdagangan rempah-rempah antara India dengan tempat-tempat di sebelah Utara semenanjung Arab. Di samping itu orang-orang yang berdiam di daerah ini menghasilkan dan mendistribusikan “frankincense” sebuah aroma wangi-wangian dari getah/damar sejenis pohon langka yang menjadi barang yang sangat penting dalam masyarakat kuno, tanaman ini digunakan sebagai dupa (asap wangi) dalam bebagai acara religi/keagamaan. Pada sat itu, tanaman tesebut setidaknya sama berharganya seperti emas.
Clapp yang mempelajari apa yang ditulis oleh Thomas sang peneliti Ingris, diyakinkan akan keberadaan kota yang hilang tersebut sebagaimana disebutkan dalam buku tersebut. Tanpa membuang waktu, Ia memulai penelitiannya.Seorang peneliti Inggris Thomas menyebutnya sebagai suku yang “beruntung”, Ia dengan panjang lebar mengakui bahwa telah menemukan jejak bekas-bekas dari sebuah kota kuno yang dibangun oleh salah satu suku ini. Kota ini dikenal dengan sebutan “Ubar” oleh suku Badui. Di dalam sebuah perjalanan yag dilakukan di daerah tersebut oleh suku Badui yang hidup di padang pasir telah menunjukan sebuah jalur usang dan menyataka bahwa jejak-jejak ini menuju ke arah kota kuno Ubar. Thomas yang menunjukkan keinginan besar dalam hal ini meninggal sebelum mampu menuntaskan penelitiannya.



Clapp mencoba dengan dua jalan untuk membuktikan keberadaan Ubar. Peertama, Ia menemukan bahwa jalan-jalan yang dikatakan oleh suku Badui benar-benar ada. Ia meminta kepada NASA (Badan Luar Angkasa Nasional Amerika Serikat) untuk menyediakan foto/citra satelit dari daerah tersebut. Setelah melalui perjuangan yang panjang, Ia berhasil membujuk pihak yang berwenang untuk memotret daerah tersebut.
Clap melanjutkan mempelajari naskah dan peta-peta kuno di perpustakan Huntington di California. Tujuannya adalah untuk menemukan peta dari daeah tesebut. Setelah melalui penelitian singkat, ia menemukan peta tersebut. Apa yng ditemukannya adalah sebuah peta yang digambar oleh Ptolomeus seorag ahli Geografi Yunani Mesir dari tahun 200 M. Dalam peta ini ditunjukan letak dari kota tua yang ditemukan di daeah tersebut dan jalan-jalan yang menuju kota tersebut.
Sementara itu. Ia menerima kabar bahwa gambar-gambar satelit yang diinginkannya telah diambil oleh NASA. Dalam gambar tersebut, bebeapa jejak kafilah menjadi nampak yang hal tersebut sulit untuk dikenali dengan menggunakan mata telanjang, namun hanya bisa dilihat sebagai satu kesatuan dari luar angkasa. Setelah membandingkan gambar-gambar dari satelit dengan peta tua yang ada ditangannya, akhirnya Clapp mencapai kesimpulan yang ia cari ; jejak-jejak dalam peta tua berhubungan dengan jejak-jejak dalam gambar yag diambil dengan satelit. Tujuan akhir dari jejak-jejak ini adalah tempat peninggalan sejarah yang luas yang ditengarai dadulunya merupakan sebuah kota.
Akhirnya lokasi kota legendaris yang menjadi subyek cerita-cerita lisan suku Badui diketemukan. Tidak berapa lama kemudian penggalian dimulai dan peninggalan dari sebuah kota mulai diangkat dari bawah gurun pasir. Demikianlah kota yang hilang sebagaimana disebutkan sebagai ” Atlantis dari padang pasir, Ubar “.
Apakah hal tersebut membuktikan bahwa kota ini sebagai kota kaum ‘Ad yang disebutkan dalam Al Qur’an ?




Lokasi koa ‘Ad yang ditemukan brdasarkan foto yang diambil dari pesawat ulang alik. Dalam foto terlihat, tnda panah adalah tempat dimana jejak-jejak kafilah bertemu, dan mengarah ke Ubar.






1. Ubar, hanya dapat dilihat dari luar angkasa sebelum dilakukan pengalian.

2. Kota yang berada 12 meter dibawah pasir nampak setelah dilakukan penggalian.



Saat itu juga reruntuhan-reruntuhan mulai dilakukan penggalian, ditengarai bahwa reruntuhan dari kota tersebut berupa pilar-pilar milik kaum ‘Ad dan Iram seperti disebutkan dalam Al Qur’an, karena di berbagai susunan yang digali adalah menara yang merujuk/dihubungkan dengan yang ada dalam Al Qur’an. Dr. Zarins seorang anggota tim penelitian yang memimpin penggalian mengatakan bahwa selama menara-menara itu dianggap sebagai unsur yang menunjukkan ke-khas-an kota ‘Ubar, dan selama Iram disebutkan mempunyai menara-menara atau tiang-tiang, maka, sejauh ini, itu merupakan bukti terkuat bahwa peningalan sejarah yang mereka gali adalah Iram, kota kaum ‘Ad yang disebutkan dalam Al Qur’an:


Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain.( QS AL Fajr: 6-8).
Penemuan Tengkorak Kaum Aad. Semoga dapat menambah keimanan kita. Amin.
Baru-baru ini dalam kegiatan eksplorasi gas digurun pasir di Arab tenggara, ditemukan sebuah tengkorak dengan ukuran yang sangat luar biasa. Wilayah gurun pasir ini disebut juga sebagai wilayah kosong. Penemuan ini ditemukan oleh tim eksplolasi ARAMCO.
Seperti tertulis dalam Al-Quran bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala pernah menciptakan manusia dengan ukuran yang luar biasa. Mereka adalah kaum Aad dimana Nabi Hud alaihissalam diutus. Mereka sangat tinggi, besar dan kuat sebagaimana mereka mampu menumbangkan batang pohon hanya dengan menggunakan tangan. Kaum Aad kemudian membangkang perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan nabi dan mereka melanggar batas-batas yang telah digariskan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka kemudian dimusnahkan.
Orang-orang Saudia Arabia percaya bahwa tengkorak tersebut berasal dari kaum Aad. Pihak kemiliteran Saudi Arabia menutup seluruh wilayah tsb dan tidak mengizinkan seorangpun memasukinya kecuali pihak ARAMCO.
Berita ini disimpan secara rahasia tetapi sebuah helicopter militer mengambil beberapa gambar dari udara dan kemudian salah satu gambar tsb bocor ke internet di Saudi Arabia.
Perhatikan gambar ini dan bandingkan ukuran lelaki yang sedang berdiri dengan ukuran tengkorak tersebut

QS 9:70
Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, kaum Nuh, Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? . Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

QS 11:100
Itu adalah sebahagian dan berita-berita negeri yang Kami ceritakan kepadamu; di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada yang telah musnah.

QS 6:133
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu, sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain

KISAH NABI HUD & KAUM ‘AAD

Setelah Nabi Nuh alaihissalam wafat, dan waktu terus berputar tahun demi tahun. Umat manusia kembali lupa akan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka kembali menjadikan patung-patung sebagai sesembahan. Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala rnengutus junjungan kita Nabi Hud alaihissalam di tengah-tengah kaumnya.
Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama ‘Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf, yaitu padang pasir yang dipenuhi dengan pegunungan pasir dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan mempuyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum ‘Ad terkenal dengan fisik yang kuat dan memiliki tubuh yang tinggi dan tegak. Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka.
Meskipun mereka memiliki tubuh yang kuat, namun akalnya jongkok. Kaum ‘Ad menyembah berhala dan membelanya, bahkan mereka siap berperang untuk mempertahankan berhala yang mereka sembah. Mereka malah menuduh hal-hal yang jelek terhadap nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahwa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya mereka lupa, melainkan kecongkakan yang timbul.
Nabi Hud berkata kepada mereka: “Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. ” (QS. Hud: 50)
Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali.
Kaumnya bertanya kepada Hud alaihissalam: “Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang engkau inginkan?
Nabi Hud memberitahu mereka bahwa ia hanya mengharapkan imbalan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap mereka. Bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kekuatan fisik bagi mereka, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mengirimkan hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.
Kaum Hud membuat kerusakan dan mengira bahwa mereka orang-orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: “Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang nenek moyang kami pun menyembahnya?
Nabi Hud menjawab: “Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan.” Walaupun Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh semua nabi, namun penduduk ‘Ad mendustakannya.
Para pembesar kaum ’Ad berkata: “Bukankah hal yang aneh ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?
Nabi Hud balik bertanya: “Apa keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai kalian dan oleh karenanya Dia mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka.
Para pembesar kaum berkata: “Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?”
Nabi Hud menjawab: “Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: “Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami.”
Nabi Hud memberitahu mereka, bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapi pada hakikatnya justeru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia menjelaskan kepada mere­ka bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dapat menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat.
Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang bodoh dan gila. Pada suatu hari mereka berkata kepadanya: “Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu. Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu, dan karena kemarahannya engkau menjadi gila.”
Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada kaum ’Ad, dan menganggap bahwa Nabi Hud telah mengigau karena salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya, sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila.
Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ia hanya memberikan peringatan serta ancaman jika merekat tetap mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata: “Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku, dan saksikanlah oleh kalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepada kalian apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. ” (QS. Hud: 54-57)
Dalam ucapannya, Nabi Hud menjelaskan kepada kaumnya bahwa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang demi­kian ini berarti bahwa mereka sedang menunggu azab.

Nabi Hud dan kaumnya menunggu janji Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kemudian terjadilah masa kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari bersinar sangat kuat, hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa kepala manusia.
Kaum Nabi Hud segera menemuinya dan bertanya: “Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?
Nabi Hud berkata: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian.” Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin menentangnya., maka masa kekeringan semakin bertambah dan menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah berbagai tanaman yang ada di muka bumi.
Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah sambil berkata: “Hari ini kita akan dituruni hujan.” Tiba-tiba udara berubah, yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. Angin terus-menerus bertiup siang dan malam, hari demi hari, dan hawa dingin semakin bertambah.

Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghan­curkan dan membunuh apa saja yang di laluinya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Allah SWT berfirman:
“Maka tatkala mereka melihat azab itu, berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.’ (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya.” (QS. al-Ahqaf: 24-25) 


“Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). ” (QS. al-Haqqah: 7)

Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud alaihissalam, kecuali pohon-pohon kurma yang lapuk. Nabi Hud alaihissalam dan beberapa orang yang beriman kepadanya selamat, sedangkan orang-orang yang menentangnya binasa.

سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك