Saturday, July 2, 2011

How should an Islamic wedding party be?

Bismillahirrahmanirrahim


With regard to having a wedding party in the Islamic manner, you have to keep away from the things which are forbidden in sharee’ah but which many people do not pay attention to during celebrations, such as the following:

With regard to the woman: going to a male, non-mahram hairdresser to have her hair done; or adorning herself in ways that are haram, such as thinning the eyebrows by plucking them, or wearing tattoos, or wearing hair extensions, or other kinds of haram things, because the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) cursed the one who plucks eyebrows and the one who has that done, the one who adds hair extensions and the one who asks to have that done; imitating the kuffar in their dress, because usually the wedding dress shows many of the woman's charms and her body, in such a way that the dress is very revealing – we seek refuge with Allah – and also a great deal of money is wasted on the dress.


Among the haram actions that have to do with the man are: shaving his beard for the wedding night, which is done on the grounds that this makes him look more handsome, but this is something which is haram according to shari'ah; letting one's clothes hang below the ankle (isbal).


There follows a list of haram things which both men and women should avoid in the wedding party:

1- Mixing of men with women, and things that are involved in that, such as greeting and shaking hands with one another, and men and women dancing together, because all of that is haram and is a very serious matter.

2- Taking pictures, whether men do that amongst themselves or women do that amongst themselves.

3- Drinking alcohol or eating pork.

4- Letting the husband come in to where the women are in order to take his wife.

5- Women wearing revealing, tight or short clothes amongst themselves, because this is haram – so how about wearing such things in front of men?

6- People should avoid spending extravagantly or going to extremes in showing off in wedding parties, because that may wipe out the blessing.

7- The husband and wife exchanging rings and thus imitating the kuffaar, thinking that this will increase the husband's love for his wife and vice versa.


Finally, both partners should know that the more the teachings of Islam are followed in the wedding party, the more blessed their marriage will be, the more love and harmony there will be between them, and the less problems they will encounter in their married life. For if the married life is based from the outset on haram things which go against the commands of Allah, how can they expect the marriage to be successful after that?


There have been many marriages in which there were things that went against the commands of Allah, and they did not last. Fear Allah with regard to this party and keep it free of things that are forbidden in Islam. May Allah bless you both. We ask Allah to give you and your husband strength. May Allah bless our Prophet Muhammad (peace and blessings of Allah be upon him).


And Allah knows best.


سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك

Menerima Apa Adanya :)

Bismillahirrahmanirrahim


Di bawah naungan ajaran Islam, suami istri menjalani hidup mereka dalam satu perasaan, menyatunya hati dan cita-cita. Namun adakalanya pernikahan harus berjalan di atas kerikil. Apalagi saat pandangan mulai berbeda, tujuan tak lagi sama. Mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga terasa tak lagi mudah. Di mata kita pasangan selalu serba salah dan penuh kekurangan.


Terlepas dari hal itu, Islam tetap memberi penghargaan tinggi pada pernikahan dan Alloh menyebutnya sebagai ikatan yang kuat. Dalam Al-Quran surat An-Nisaa ayat 21 yang artinya,

“… dan mereka istri-istrimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”

Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama. Begitulah, keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang, faham dan tahu tujuan dari pernikahan. Mengerti betul perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian.


Didalam Al-Qur'an surat Ar-Ruum ayat 21, Allah Ta'ala berfirman,

artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk. Istri ibarat tempat bernaung bagi suami setelah seharian bekerja keras. Penghiburnya di saat lelah. Suasana rumah yang penuh belas kasih hingga menumbuhkan ketenteraman. Sebaliknya suami yang baik akan memberikan timbal balik yang sama.


Suami sebagai pemimpin rumahnya dengan bantuan dan dukungan istri akan bertindak sebijaksana mungkin mengatur rumah tangganya tanpa harus bersikap sok berkuasa. Dan jika tugas suami istri berjalan seimbang maka akan memberi ketenteraman dan kemantapan dalam hubungan suami istri. Dan anak-anak yang tumbuh dalam “lembaga” yang bersih ini akan tumbuh dengan baik. Sebab individu yang bernaung di dalamnya tahu hak dan kewajibannya, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam ,


“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.”

Maka tak heran kalau keluarga harmonis yang sakinah penuh mawadah warahmah akan mudah diwujudkan. Insha Allah…

Tentu semua kita menginginkan suasana kehidupan rumah tangga yang demikian, untuk meraih hal itu, Menerima Kekurangan dan Kelebihan pasangan adalah satu diantara sekian langkah yang bisa ditempuh agar dapat mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawadah dan rahmah.


Ya, Kita melihat bagaimana Al-Qur’an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan.

Ibaratnya, wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Alloh dalam al-A'raf ayat 189,

Yang artinya “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.”


Karena itu, pernikahan tak hanya menyatukan dua manusia berbeda tapi juga menyatukan dua perbedaan, kelebihan dan kekurangan sepasang anak manusia. Dimana masing-masing akan saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. Sementara menjadikan kelebihan masing-masing untuk merealisasikan cita-cita pernikahan sesungguhnya. Dengan memahami hal tersebut, kehidupan rumah tangga akan tenteram, dan tenang berlayar, sangat mustahil ditemukan sepasang suami isteri yang sempurna segala sesuatunya. Yang bisa dilakukan adalah dengan jalan saling memahami dan menghargai satu sama lain.


Menerima apa adanya kekurangan atau kelebihan pasangan. Tidak membandingkan pasangan kita dengan yang lain. Karena hal-hal seperti ini tidak akan membuat nyaman hubungan namun hanya akan menjadikan kita makin sensitif dengan segala perbedaan. Dan sekali lagi… memaafkan semua kekurangan pasangan adalah lebih baik. Hargailah segala kelebihannya. Dan berterima kasihlah atas semua yang telah dikerjakan dan diberikan pasangan pada kita. Insya Alloh, hal ini akan membuat makin manisnya hubungan dengan pasangan.


Mungkin ada hal-hal yang tak kita sukai pada pasangan kita, namun bukanlah masih ada hal-hal baik yang kita sukai ada padanya? Kita harus bijaksana menyikapi hal ini.


Kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tak sempurna di hadapan si dia. Karena bisa saja justru hal ini akan menyeret kita pada hal-hal berbahaya. Misalnya saja dengan berbohong menjanjikan ini dan itu serta janji setinggi langit. Padahal kita tahu tak akan bisa memenuhinya. Jika pasangan tahu, tentu ia akan marah dan jengkel hingga membuahkan pertengkaran dan hal-hal buruk lain. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tak akan membebani kita ?


Sungguh, jika si dia benar-benar mencintai kita tentu dia akan menerima kita apa adanya. Mau menerima kekurangan dan kelebihan kita. Tanpa basa-basi.


Yang perlu diingat, kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, semampu kita. Insha Allah di rumah kita akan terwujud suasana yang kita dambakan, yaitu adanya sakinah mawadah dan rahmah.

Rasa kasih dan sayang sebagai fitrah Alloh di antara pasangan suami dan istri akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya. Sebab secara alami, jiwa mencintai orang yang memperlakukannya dengan berbuat baik dan memuaskan untuknya, termasuk melaksanakan hak dan kewajiban suami isteri.


Wallahu'alam.....


سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك