Sunday, July 3, 2011

Kisah Seguci Emas

Bismillahirrahmanirrahim

Sebuah kisah yang terjadi di masa lampau, sebelum Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan. Kisah yang menggambarkan kepada kita pengertian amanah, kezuhudan, dan kejujuran serta wara’ yang sudah sangat langka ditemukan dalam kehidupan manusia di abad ini.


Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عَقَارًا لَهُ فَوَجَدَ الرَّجُلُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ فِي عَقَارِهِ جَرَّةً فِيهَا ذَهَبٌ فَقَالَ لَهُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ: خُذْ ذَهَبَكَ مِنِّي إِنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الْأَرْضَ وَلَمْ أَبْتَعْ مِنْكَ الذَّهَبَ. وَقَالَ الَّذِي لَهُ الْأَرْضُ: إِنَّمَا بِعْتُكَ الْأَرْضَ وَمَا فِيهَا. فَتَحَاكَمَا إِلَى رَجُلٍ فَقَالَ الَّذِي تَحَاكَمَا إِلَيْهِ: أَلَكُمَا وَلَدٌ؟ قَالَ أَحَدُهُمَا: لِي غُلَامٌ. وَقَالَ الآخَرُ: لِي جَارِيَةٌ. قَالَ: أَنْكِحُوا الْغُلَامَ الْجَارِيَةَ وَأَنْفِقُوا عَلَى أَنْفُسِهِمَا مِنْهُ وَتَصَدَّقَا

Ada seorang laki-laki membeli sebidang tanah dari seseorang. Ternyata di dalam tanahnya itu terdapat seguci emas. Lalu berkatalah orang yang membeli tanah itu kepadanya: “Ambillah emasmu, sebetulnya aku hanya membeli tanah darimu, bukan membeli emas.”


Si pemilik tanah berkata kepadanya: “Bahwasanya saya menjual tanah kepadamu berikut isinya.”


Akhirnya, keduanya menemui seseorang untuk menjadi hakim. Kemudian berkatalah orang yang diangkat sebagai hakim itu: “Apakah kamu berdua mempunyai anak?”

Salah satu dari mereka berkata: “Saya punya seorang anak laki-laki.”

Yang lain berkata: “Saya punya seorang anak perempuan.”


Kata sang hakim: “Nikahkanlah mereka berdua dan berilah mereka belanja dari harta ini serta bersedekahlah kalian berdua.”


Sungguh, betapa indah apa yang dikisahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Di zaman yang kehidupan serba dinilai dengan materi dan keduniaan. Bahkan hubungan persaudaraan pun dibina di atas kebendaan. Wallahul musta’an.


Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisahkan, transaksi yang mereka lakukan berkaitan sebidang tanah. Si penjual merasa yakin bahwa isi tanah itu sudah termasuk dalam transaksi mereka. Sementara si pembeli berkeyakinan sebaliknya; isinya tidak termasuk dalam akad jual beli tersebut.


Kedua lelaki ini tetap bertahan, lebih memilih sikap wara’, tidak mau mengambil dan membelanjakan harta itu, karena adanya kesamaran, apakah halal baginya ataukah haram?

Mereka juga tidak saling berlomba mendapatkan harta itu, bahkan menghindarinya. Simaklah apa yang dikatakan si pembeli tanah: “Ambillah emasmu, sebetulnya aku hanya membeli tanah darimu, bukan membeli emas.”

Barangkali kalau kita yang mengalami, masing-masing akan berusaha cari pembenaran, bukti untuk menunjukkan dirinya lebih berhak terhadap emas tersebut. Tetapi bukan itu yang ingin kita sampaikan melalui kisah ini.


Hadits ini menerangkan ketinggian sikap amanah mereka dan tidak adanya keinginan mereka mengaku-aku sesuatu yang bukan haknya. Juga sikap jujur serta wara’ mereka terhadap dunia, tidak berambisi untuk mengangkangi hak yang belum jelas siapa pemiliknya. Kemudian muamalah mereka yang baik, bukan hanya akhirnya menimbulkan kasih sayang sesama mereka, tetapi menumbuhkan ikatan baru berupa perbesanan, dengan disatukannya mereka melalui perkawinan putra putri mereka. Bahkan, harta tersebut tidak pula keluar dari keluarga besar mereka. Allahu Akbar.

Bandingkan dengan keadaan sebagian kita di zaman ini, sampai terucap dari mereka: “Mencari yang haram saja sulit, apalagi yang halal?” Subhanallah.


Kemudian, mari perhatikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma:

وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ

“Siapa yang terjatuh ke dalam syubhat (perkara yang samar) berarti dia jatuh ke dalam perkara yang haram.”


Sementara kebanyakan kita, menganggap ringan perkara syubhat ini. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, bahwa siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar itu, bisa jadi dia jatuh ke dalam perkara yang haram. Orang yang jatuh dalam hal-hal yang meragukan, berani dan tidak memedulikannya, hampir-hampir dia mendekati dan berani pula terhadap perkara yang diharamkan lalu jatuh ke dalamnya.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menjelaskan pula dalam sabdanya yang lain:

دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ

“Tinggalkan apa yang meragukanmu, kepada apa yang tidak meragukanmu.”

Yakni tinggalkanlah apa yang engkau ragu tentangnya, kepada sesuatu yang meyakinkanmu dan kamu tahu bahwa itu tidak mengandung kesamaran. Sedangkan harta yang haram hanya akan menghilangkan berkah, mengundang kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, menghalangi terkabulnya doa dan membawa seseorang menuju neraka jahannam.


Tidak, ini bukan dongeng pengantar tidur.

Inilah kisah nyata yang diceritakan oleh Ash-Shadiqul Mashduq (yang benar lagi dibenarkan) Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 3-4)


Kedua lelaki itu menjauh dari harta tersebut sampai akhirnya mereka datang kepada seseorang untuk menjadi hakim yang memutuskan perkara mereka berdua. Menurut sebagian ulama, zhahirnya lelaki itu bukanlah hakim, tapi mereka berdua memintanya memutuskan persoalan di antara mereka.


Dengan keshalihan kedua lelaki tersebut, keduanya lalu pergi menemui seorang yang berilmu di antara ulama mereka agar memutuskan perkara yang sedang mereka hadapi. Adapun argumentasi si penjual, bahwa dia menjual tanah dan apa yang ada di dalamnya, sehingga emas itu bukan miliknya. Sementara si pembeli beralasan, bahwa dia hanya membeli tanah, bukan emas.


Akan tetapi, rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat mereka berdua merasa tidak butuh kepada harta yang meragukan tersebut. Kemudian, datanglah keputusan yang membuat lega semua pihak, yaitu pernikahan anak laki-laki salah seorang dari mereka dengan anak perempuan pihak lainnya, memberi belanja keluarga baru itu dengan harta temuan tersebut, sehingga menguatkan persaudaraan imaniah di antara dua keluarga yang shalih ini.


Perhatikan pula kejujuran dan sikap wara’ sang hakim. Dia putuskan persoalan keduanya tanpa merugikan pihak yang lain dan tidak mengambil keuntungan apapun. Seandainya hakimnya tidak jujur atau tamak, tentu akan mengupayakan keputusan yang menyebabkan harta itu lepas dari tangan mereka dan jatuh ke tangannya.

Pelajaran yang kita ambil dari kisah ini adalah sekelumit tentang sikap amanah dan kejujuran serta wara’ yang sudah langka di zaman kita.


Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Syarah Riyadhis Shalihin mengatakan:

Adapun hukum masalah ini, maka para ulama berpendapat apabila seseorang menjual tanahnya kepada orang lain, lalu si pembeli menemukan sesuatu yang terpendam dalam tanah tersebut, baik emas atau yang lainnya, maka harta terpendam itu tidak menjadi milik pembeli dengan kepemilikannya terhadap tanah yang dibelinya, tapi milik si penjual. Kalau si penjual membelinya dari yang lain pula, maka harta itu milik orang pertama. Karena harta yang terpendam itu bukan bagian dari tanah tersebut.

Berbeda dengan barang tambang atau galian. Misalnya dia membeli tanah, lalu di dalamnya terdapat barang tambang atau galian, seperti emas, perak, atau besi (tembaga, timah dan sebagainya). Maka benda-benda ini, mengikuti tanah tersebut.


Demikianlah cara pandang orang-orang shalih terhadap dunia ini. Adakah yang mengambil pelajaran?


Wallahul Muwaffiq.



سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك

Saturday, July 2, 2011

How should an Islamic wedding party be?

Bismillahirrahmanirrahim


With regard to having a wedding party in the Islamic manner, you have to keep away from the things which are forbidden in sharee’ah but which many people do not pay attention to during celebrations, such as the following:

With regard to the woman: going to a male, non-mahram hairdresser to have her hair done; or adorning herself in ways that are haram, such as thinning the eyebrows by plucking them, or wearing tattoos, or wearing hair extensions, or other kinds of haram things, because the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) cursed the one who plucks eyebrows and the one who has that done, the one who adds hair extensions and the one who asks to have that done; imitating the kuffar in their dress, because usually the wedding dress shows many of the woman's charms and her body, in such a way that the dress is very revealing – we seek refuge with Allah – and also a great deal of money is wasted on the dress.


Among the haram actions that have to do with the man are: shaving his beard for the wedding night, which is done on the grounds that this makes him look more handsome, but this is something which is haram according to shari'ah; letting one's clothes hang below the ankle (isbal).


There follows a list of haram things which both men and women should avoid in the wedding party:

1- Mixing of men with women, and things that are involved in that, such as greeting and shaking hands with one another, and men and women dancing together, because all of that is haram and is a very serious matter.

2- Taking pictures, whether men do that amongst themselves or women do that amongst themselves.

3- Drinking alcohol or eating pork.

4- Letting the husband come in to where the women are in order to take his wife.

5- Women wearing revealing, tight or short clothes amongst themselves, because this is haram – so how about wearing such things in front of men?

6- People should avoid spending extravagantly or going to extremes in showing off in wedding parties, because that may wipe out the blessing.

7- The husband and wife exchanging rings and thus imitating the kuffaar, thinking that this will increase the husband's love for his wife and vice versa.


Finally, both partners should know that the more the teachings of Islam are followed in the wedding party, the more blessed their marriage will be, the more love and harmony there will be between them, and the less problems they will encounter in their married life. For if the married life is based from the outset on haram things which go against the commands of Allah, how can they expect the marriage to be successful after that?


There have been many marriages in which there were things that went against the commands of Allah, and they did not last. Fear Allah with regard to this party and keep it free of things that are forbidden in Islam. May Allah bless you both. We ask Allah to give you and your husband strength. May Allah bless our Prophet Muhammad (peace and blessings of Allah be upon him).


And Allah knows best.


سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك

Menerima Apa Adanya :)

Bismillahirrahmanirrahim


Di bawah naungan ajaran Islam, suami istri menjalani hidup mereka dalam satu perasaan, menyatunya hati dan cita-cita. Namun adakalanya pernikahan harus berjalan di atas kerikil. Apalagi saat pandangan mulai berbeda, tujuan tak lagi sama. Mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga terasa tak lagi mudah. Di mata kita pasangan selalu serba salah dan penuh kekurangan.


Terlepas dari hal itu, Islam tetap memberi penghargaan tinggi pada pernikahan dan Alloh menyebutnya sebagai ikatan yang kuat. Dalam Al-Quran surat An-Nisaa ayat 21 yang artinya,

“… dan mereka istri-istrimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”

Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama. Begitulah, keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang, faham dan tahu tujuan dari pernikahan. Mengerti betul perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian.


Didalam Al-Qur'an surat Ar-Ruum ayat 21, Allah Ta'ala berfirman,

artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk. Istri ibarat tempat bernaung bagi suami setelah seharian bekerja keras. Penghiburnya di saat lelah. Suasana rumah yang penuh belas kasih hingga menumbuhkan ketenteraman. Sebaliknya suami yang baik akan memberikan timbal balik yang sama.


Suami sebagai pemimpin rumahnya dengan bantuan dan dukungan istri akan bertindak sebijaksana mungkin mengatur rumah tangganya tanpa harus bersikap sok berkuasa. Dan jika tugas suami istri berjalan seimbang maka akan memberi ketenteraman dan kemantapan dalam hubungan suami istri. Dan anak-anak yang tumbuh dalam “lembaga” yang bersih ini akan tumbuh dengan baik. Sebab individu yang bernaung di dalamnya tahu hak dan kewajibannya, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam ,


“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.”

Maka tak heran kalau keluarga harmonis yang sakinah penuh mawadah warahmah akan mudah diwujudkan. Insha Allah…

Tentu semua kita menginginkan suasana kehidupan rumah tangga yang demikian, untuk meraih hal itu, Menerima Kekurangan dan Kelebihan pasangan adalah satu diantara sekian langkah yang bisa ditempuh agar dapat mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawadah dan rahmah.


Ya, Kita melihat bagaimana Al-Qur’an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan.

Ibaratnya, wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Alloh dalam al-A'raf ayat 189,

Yang artinya “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.”


Karena itu, pernikahan tak hanya menyatukan dua manusia berbeda tapi juga menyatukan dua perbedaan, kelebihan dan kekurangan sepasang anak manusia. Dimana masing-masing akan saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. Sementara menjadikan kelebihan masing-masing untuk merealisasikan cita-cita pernikahan sesungguhnya. Dengan memahami hal tersebut, kehidupan rumah tangga akan tenteram, dan tenang berlayar, sangat mustahil ditemukan sepasang suami isteri yang sempurna segala sesuatunya. Yang bisa dilakukan adalah dengan jalan saling memahami dan menghargai satu sama lain.


Menerima apa adanya kekurangan atau kelebihan pasangan. Tidak membandingkan pasangan kita dengan yang lain. Karena hal-hal seperti ini tidak akan membuat nyaman hubungan namun hanya akan menjadikan kita makin sensitif dengan segala perbedaan. Dan sekali lagi… memaafkan semua kekurangan pasangan adalah lebih baik. Hargailah segala kelebihannya. Dan berterima kasihlah atas semua yang telah dikerjakan dan diberikan pasangan pada kita. Insya Alloh, hal ini akan membuat makin manisnya hubungan dengan pasangan.


Mungkin ada hal-hal yang tak kita sukai pada pasangan kita, namun bukanlah masih ada hal-hal baik yang kita sukai ada padanya? Kita harus bijaksana menyikapi hal ini.


Kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tak sempurna di hadapan si dia. Karena bisa saja justru hal ini akan menyeret kita pada hal-hal berbahaya. Misalnya saja dengan berbohong menjanjikan ini dan itu serta janji setinggi langit. Padahal kita tahu tak akan bisa memenuhinya. Jika pasangan tahu, tentu ia akan marah dan jengkel hingga membuahkan pertengkaran dan hal-hal buruk lain. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tak akan membebani kita ?


Sungguh, jika si dia benar-benar mencintai kita tentu dia akan menerima kita apa adanya. Mau menerima kekurangan dan kelebihan kita. Tanpa basa-basi.


Yang perlu diingat, kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, semampu kita. Insha Allah di rumah kita akan terwujud suasana yang kita dambakan, yaitu adanya sakinah mawadah dan rahmah.

Rasa kasih dan sayang sebagai fitrah Alloh di antara pasangan suami dan istri akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya. Sebab secara alami, jiwa mencintai orang yang memperlakukannya dengan berbuat baik dan memuaskan untuknya, termasuk melaksanakan hak dan kewajiban suami isteri.


Wallahu'alam.....


سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك

Friday, July 1, 2011

Lelaki & Tulang Rusuknya

WANITA: Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?

LELAKI: Kamu!!!

WANITA: Menurut kamu, saya ini siapa?

LELAKI: (Berfikir sejenak, lalu menatap WANITA dengan pasti) Kamu, tulang rusukku.


Kerana Allah melihat bahawa Adam kesepian. Saat Adam sedang lena tidur, Allah mengambil rusuk Adam dan menciptakan Hawa. Semua LELAKI mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hatinya...


Setelah berkahwin, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sementara. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kelelahan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari pada akhir sebuah pertengkaran WANITA lari keluar rumah.


Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak "Kamu tidak cintakan saya lagi!!!".


LELAKI sangat membenci ketidakdewasaan WANITA dan secara spontan juga berteriak "Saya menyesali perkahwinan ini! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!!!"


Tiba-tiba WANITA terdiam, dan berdiri kaku untuk beberapa saat.

LELAKI menyesali akan apa yang sudah dia lafazkan, tetapi seperti air yang telah tertumpah tidak mungkin untuk diceduk kembali.


Dengan berlinang air mata, WANITA kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. "Kalau saya bukan tulang rusukmu, biarkan saya pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing".


Lima tahun berlalu. LELAKI masih belum lagi berkahwin, tetapi berusaha mencari khabar akan kehidupan WANITA. WANITA pernah ke luar negeri tetapi sudah kembali. Dia pernah berkahwin dengan seorang asing dan bercerai.

LELAKI agak kecewa bila mengetahui WANITA tidak menunggu, sepertinya. Dan di tengah malam yang sunyi, dia meminum kopinya dan merasakan sakit di hatinya. Tetapi LELAKI tidak sanggup mengakui bahawa dia merindukan WANITA.


Suatu hari, mereka akhirnya bertemu kembali. Di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas.


LELAKI: Apa khabar?

WANITA: Baik... Kamu sudah menemui tulang rusukmu yang hilang?

LELAKI: Belum.

WANITA: Saya akan terbang ke New York dengan penerbangan berikut. Saya akan kembali 2 minggu lagi. Telefon saya kalau kamu berkesempatan. Kamu tahu nombor telepon saya kan ? Tidak ada yang berubah.

WANITA tersenyum manis, berlalu di hujung lafaz "Selamat tinggal.."


Satu minggu kemudian, LELAKI menerima khabar WANITA adalah salah seorang korban Menara WTC. Malam itu, sekali lagi, LELAKI meneguk kopinya dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sedar bahwa sakit itu adalah kerana WANITA, tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.


Kita menempiaskan 99% kemarahan walau kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya adalah penyesalan. Seringkali penyesalan itu datang dikemudiannya, akibatnya setelah kita menyedari kesalahan kita, semua sudah terlambat...


Kerana itu, jagalah dan sayangilah orang yang dicintai dengan sepenuh hati... Sebelum mengucapkan sesuatu berfikirlah dahulu, apakah kata-kata yang kau ucapkan akan menyakiti orang yang dicintai? Kira merasakan akan menyakitinya, sebaiknya jangan pernah dilafazkan. Kerana semakin besar risiko untuk kehilangan orang yang dicintai.


Jadi berfikirlah, apakah kata-kata yang akan dilafazkan sebanding dengan akibat yang akan diterima??



سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك

Mandi Wajib Yang Betul

Bismillahirrahmanirrahim

Mungkin ada yang tak tau sebab ramai anak2 muda kite ni suka sangat warna2kan rambut. Kekadang highlight la. Kalau inai alhamdulillah, jadi buat la ia sebagai panduan.

Ustaz Hj Mat Jais Kamos tentang mandi wajib yang betul.

''Mandi wajib org yang menggunakan pewarna pada rambut itu tidak sah krn pewarna itu akan menyalut rambutnya yang menghalang air sampai ke rambut (salah satu rukun mandi wajib iaitu meratakan air ke seluruh anggota badan yang zahir )berbeza dengan inai sebab inai meresap ke rambut. Tapi dalam hal ini jangan pula ada yang salah faham. Sebenarnya pewarna itu jika dikeluarkan sijil halal oleh JAKIM sekiranya pewarna itu tak bernajis, bukanlah bermaksud pewarna itu haram. Pewarna rambut boleh dibuat sembahyang dan sembahyang yang menggunakan pewarna pada rambut itu sah. Tetapi jika mandi wajibnya tidak sah,sembahyangnya juga tidak sah.Mengenai penggunaan pewarna rambut, antara mereka berhujah, jika penggunaan pewarna yang dikeluarkan sijil halal oleh JAKIM itu halal dan ia boleh dibawa sembahyang dan sembahyang itu sah, kenapa pula mandi wajib menjadi tidak sah?. Dalam hal ini, sukalah saya nyatakan bahwa sembahyang dan mandi wajib itu berbeza. Ini kerana rukun mandi wajib yang dinyatakan adalah merupakan perbezaan sah atau tidaknya mandi wajib itu. Apabila mandi wajib tidak sah, ibadat yang dilakukan oleh seseorang itu juga turut tidak sah"

Rukun Mandi Wajib ada 3

1) Niat

2) Menghilangkan najis di badan

3) Meratakan air ke seluruh anggota yang zahir.

Jadi yang ketiga tu la yang orang selalu confuse...

Sebab-sebab seseorang itu wajib mandi wajib pula kerana terdiri daripada 6 sebab.

Tiga sebab melibatkan lelaki dan perempuan iaitu bersetubuh walaupun tidak keluar mani, keluar mani dan mati. Manakala tiga sebab lagi hanyalah melibatkan kaum perempuan sahaja iaitu keluar haid, nifas dan melahirkan anak ( wiladah ).

Mandi wajib boleh dilakukan di mana-mana dengan menggunakan air mutlak sama ada air telaga, air paip, sungai, laut dan tasik.

1) Niat

Niat itu di dalam hati dan ia hendaklah disertakan ketika air sampai ke mana-mana bahagian anggota badan.

  • Mandi wajib

    "Sahaja aku mengangkat hadas junub kerana Allah Taala" atau

    "Sahaja aku mengangkat hadas besar kerana Allah Taala" atau

    "Sahaja aku mengangkat mandi wajib kerana Allah Taala"
  • Mandi habis haid, nifas dan wiladah(melahirkan anak)

    "Sahaja aku mengangkat hadas haid kerana Allah Taala"

    "Sahaja aku mengangkat hadas nifas kerana Allah Taala"

    "Sahaja aku mengangkat mandi wiladah kerana Allah Taala"

Niat itu jika dilambatkan atau ketika seseorang itu memulakannya selepas dia telah membasuh salah satu anggota badannya akan menjadikan mandi wajibnya tidak sah. Oleh itu dia mestilah memulakan kembali ketika dia mula menyampaikan air ke seluruh anggota badan. Sekiranya dia berniat sebelum sampai air ke badan, niat itu juga menjadi tidak sah. Maka niat hendaklah disertakan ketika air sampai ke mana-mana bahagian anggota badan.

2) Menghilangkan najis yang ada di badan

Menurut Imam Nawawi, najis itu boleh dibasuh serentak dengan mandi, ertinya membasuh najis dengan mandi itu boleh disekalikan.

3) Meratakan air ke seluruh anggota badan yang zahir

Ia meliputi pada kulit, rambut dan bulu-bulu yang ada pada badan, samada jarang atau lebat.

-Jika rambut bertocang atau sanggul sekiranya tidak sampai air wajib dibuka atau dirungkaikan. Bulu-bulu yang berasa dalam lubang hidung pula tidak wajib dibasuh kerana dianggap batin tetapi jika ada bernajis , ia wajiblah basuh.

-Jika di dalam kuku itu ada kotoran yang boleh menghalang sampai air ke badan khususnya di bahagian bawah kuku wajiblah dibuang, boleh dilakukan ketika kita sedang mandi.

-Bagi lelaki yang tidak bersunat, dia mestilah membuka kulupnya semasa mandi bagi memastikan air sampai ke dalam kulupnya.

-Bagi perempuan pula dia wajib membasuh bibir fajar luarnya, setelah mandi secara berdiri mestilah mandi secara mencangkung bagi membolehkan bibir fajarnya terbuka kerana ia dianggap anggota yang zahir yang mesti diratakan air ke situ ketika mandi wajib

-Selain dari itu mestilah meratakan air ke dubur ia bukan sahaja khusus bagi perempuan tetapi lelaki juga mesti melakukannya. Untuk meratakan air ke dubur, setelah mandi secara berdiri seseorang itu mestilah mandi secara mencangkung pula barulah lubang dubur terbuka. Kita mestilah menerangkan dubur itu seperti ketika hendak membuang air besar, menjurus air dan mengggosokkannya dengan tangan bagi meratakan air ke lubang dubur. Ini kerana lubang dubur mempunyai ratusan kedutan yang wajib disampaikan air ketika mandi wajib. Jika tidak mandi wajib kita itu tidak sah.

Perkara Sunat yang dilakukan ketika mandi wajib

1. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh badan.

2. Membaca "Bismillaahirrahmaanirrahiim" pada permulaan mandi.

3. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan yang kanan daripada yang

kiri.

4. Membasuh badan sampai tiga kali.

5. Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwuduk.

6. Mendahulukan mengambil air wuduk, yakni sebelum mandi disunatkan berwuduk

lebih dahulu.

Bagi pasangan suami isteri yang bersetubuh pula, mereka tidak semestinya mandi selepas bersetubuh jika ia dilakukan pada waktu malam seelok-eloknya ambillah wuduk sebelum tidur kerana berwuduk sebelum tidur itu sunat. Manakala tidak berwuduk sebelum tidur pula makruh. Tetapi diwajibkan mandi ketika ingin beribadat.

Larangan

Bagi mereka yang sedang berjunub, iaitu mereka yang masih berhadas besar, tidak boleh melakukan hal-hal sbb.:

1. Melaksanakan sholat.

2. Melakukan thawaf di Baitullah.

3. Memegang Kitab Suci Al-Qur'an.

4. Membawa atau mengangkat Kitab Suci Al-Qur'an.

5. Membaca Kitab Suci Al-Qur'an.

6. Berdiam diri di masjid.

Bagi mereka yang sedang haid, dilarang melakukan hal-hal seperti tersebut di atas dan ditambah larangan sbb:

1. Bersenang-senang dengan apa yang antara pusat dan lutut.

2. Berpuasa baik sunnat mahupun fardhu.

3. Dijatuhi talaq (cerai).

4. Berdiam diri di masjid.

5. Melaksanakan sholat

Sekiranya saya ada termiss atau tersilap harap di perbetulkan la ye! :)


سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله إلاانت وأستغفرك وأتوب إليك